Korupsi, kerugian negara dan jembatan rubuh..

Kalo ada kasus korupsi ..yg terpikir pasti orang ambil uang negara..dalam pelbagai bentuk dan cara ngambil ya. Makanya korupsi selalu dibayangkan pasti negara menderita rugi karena uangnya dicuri. Bagian ini bener banget..negara menderita kerugian.

Tapi yang musti ditanya selanjutnya, buat kita ini masyarakat apa yg bisa kita rasakan dari korupsi yang merajalela misalnya. Kalo banyak banget yg korupsi apa yang kita bisa rasakan, dan lihat sehari hari?

Simpel aja, kalo bikin jembatan itu biayanya 100 perak..dan negara mungut pajak dengan susah payah sehingga punya anggaran 100 perak untuk bikin jembatan, maka dianggarkan, dilelang dan dikerjakan deh itu jembatan oleh kontraktor swasta..jadi jembatannya bisa kita nikmati. Secara teori, jembata baru perlu perawatan ato pemeliharaan 5 tahun lagi. jadi baru tahun ke 5 negara harus sediakan anggaran pemeliharaan, katakanlah 5 perak.

Nah yang terjadi di negara kita, jembatan itu dipenuhi dengan praktek korupsi. Pertama perlu pertemuan antara pemerintah dan parlemen untuk menyetujui anggaran jembatan senilai 100 perak ini. Disebutkan juga bahwa jembatannya ini akan dibangun di provinsi A. Nah disini sudah ada korupsinya. Banyak kasu yang terjadi, misalnya kasus suap dari pemerintah daerah untuk oknum kementeria keuangan. Dia janjikan bahwa anggaran ini nanti bisa dialokasikan untuk provinsi anda asal ada suap 7%. Banyak juga pemerintah daerah yang ikutan memberi suap buat oknum ini. Dia juga bekerja sama dengan anggota DPR untuk memuluskan operasinya. Selain oknum kementerian keuangan, oknum anggota parlemen ato DPR kita juga ada yang main ginian. dan tertangkap juga. Tapi rata rata dia minta 7-8% buat jasa ngurus anggaran sehingga bisa disetujui 100 perak untuk provinsi atau kabupaten A.

Permintaan ini dibayar dimuka. Jadi misalnya ini jembatan maunya dialokasikan ke pemda A begitu, maka pemda A harus sediakan dananya di depan. Mana ada pemda yang punya dana seperti ini? Tentu aja dia milih kontraktor yang mau dapet proyek jembataan ini. Kontraktor PT Angin Ribut mau banget ngerjain ini jembatan, jadi mau juga nyediain 7 perak buat suap oknum2 di kemenkeu atao di DPR. Pertanyaannya, nanti kalau PT Angin Ribut dapet ini proyek jembatan sesudah dilelang, apa iya jembatan akan dibangun dengan kualitas dan kuantitas bahan seharga 100 perak? tentu saja nggak lah. Dia pasti hitung kalo dah keluar uang 7 perak yang lalu untuk memastikan proyek ini anggarannya dialokasikan ke pemda. Jadilah kita masyarakat ini mendapat jembatan dengan nilai 100 perak terdiskon 7 perak alias hanya 93 perak.

Putu ex DPR
Damayanti ex DPR
yaya purnomo oknum kemenkeu

Lebih jelek dari ini..alokasi dana sudah ditetapkan DPR dan Pemerintah sebesar 100 perak. lalu di pemda tentu proyek ini harus dilelang kan secara terbuka. Nah PT Angin Ribut tentu saja harus jadi pemenang dong. Caranya , mengakali proses lelangnya yang sudah elektronik nih. Dibuatlah pura pura ada 3 kontraktor yang menawar. Padahal sih cuma PT Angin ribut aja, yang 2 lagi disebut perusahaan pendamping. Nawarnya pasti lebih tinggi dong harganya, biar PT Angin ribut yang terrendah dan menang. Untuk jadi pendamping, 2 kontraktor ini harus dibayar 2% sebagai jasa pendamping.  Nah, PT Angin ribut keluar lagi duit 2% untuk pendamping lelang.

Menang deh akhirnya PT Angin ribut dan dikasih ini proyek untuk dikerjain. Pemdanya bilang, bagian gw mana? nah kontraktor harus sisihkan lagi pada beberapa kasus korupsi yang terungkap paling ngga 20% untuk kepala daerah, kepala dinas, operasional pemda dan sebagainya. Sudah kurang lagi kan jatah untuk proyek yang mau dikerjain.

bupati banjarnegara
bupati lampung selatan

Selanjutnya, dalam proses pengerjaan proyek ada aja yang minta sumbangan, jatah preman, pemeriksaan dan sebagainya. Itu harus dialokasikan sekitar 5% deh dari nilai proyek. Termasuk juga ngurus pembayaran tagihan nanti, perlu kasih pelicin juga ya. Begitu lah sampai akhirnya itu proyek jembatan dikerjakan dan selesai.

Tentu aja kontraktor itu bukan lembaga sosial, jadi semua yang dia keluarkan akan dibebankan ke proyek jembatannya. Dari nilai proyek 100 perak, dia sudah keluar 7 perak di depan, lalu 20 perak buat kepala daerah dkk, keluar lagi 2 perak buat pendamping tender, terakhir keluar lagi 5 perak. Jangan lupa, dia kan gak mau juga kalo keuntungannya hilang, jadi keuntungan 10% tetap dong dia ambil.

total dari semua yg dia keluarin 7+20+2+5 dan keuntungan 10. Jadilah nilai anggaran yang sisa buat ngerjain itu jembatan 56 perak. Bayangin aja, jembatan yang dihitung material, tenaga kerja, alat kerja senilai 100 perak, ternyata di lapangan hanya dikerjakan dengan material,tenaga kerja dan alat senilai 56% saja ato hanya setengahnya.

Ini yang kita rasakan sebagai masyarakat. Jadi jangan heran kalo jembatan baru dibangun tiba-tiba rubuh. Karena material yang dipakai mepet banget dan gak sesuai spesifikasi. Pengawasan gak berjalan karena sudah disiapin dana yang 5% tadi. Sering banget kan atap sekolah rubuh padahal baru dibangun. Kalo yang gak membahayakan nyawa misalnya, ya jalan raya. Baru setahun dibangun sudah perlu pemeliharaan karena kualitasnya jelek. Ato gak bisa bikin jalan beton yang mulus karena tenaga kerjanya juga terpaksa pakai yang kw 2, lalu kualitas betonnya juga gak sama dengan yang didisain semula. Jadilah jalan beton ngelotok beton nya, ato bergelombang karena kualitas jelek.

Nah kebayang nggak kalo praktek ini terjadi di seluruh Indonesia. ARtinya pemerintah menyediakan anggaran 100 perak ternyata hanya dapat produk yang nilainya 56 perak. belom lagi harus nyediakan anggaran pemeliharaan, perbaikan dan lainnya lebih cepat. Ruginya berkali kali jadinya kan. Ini yang bikin kenapa negara sudah keluar duit banyak rasanya selama kita merdeka 76 tahun…kok masih aja ada daerah yang belom diaspal jalannya, jembatan gak ada untuk nyebrang sungai. Karena duit yang ada aja sudah didiskon 44% an..Jadi kalo negara punya uang 1,000 perak, bisa buat bikin jembatan 10 buah, ternyata hanya jadi 10 buah dengan kualitas abal abal. Coba kalo gak ada korupsi, tentu yg 10 buah tahun ini jadi dengan kualitas baik. Bisa digunakan bertahun tahun tanpa pemeliharaan. Jadi tahun depan, anggaran berikutnya buat pembangunan jembatan di daerah lain yang belum kebagian. Jangan kayak sekarang ini..bolak balik anggaran buat benerin jalan yang itu itu aja..karena bangunnya kualitas abal abal..jadi tiap tahun disediakan dana pemeliharaan. Nggak kebagian deh daerah lain yang belum dibangun jalan.

Sebenernya kalo ditanya para kontraktor mereka juga gak mau praktek kayak gini. Kan mereka para engineer yang tau pasti secara teknis berapa dan gimana bangun proyek. Mereka paham juga kalo kualitas bahan dan kuantitas itu harus dipenuhi untuk proyek secara teknis memenuhi persyaratan seperti waktu mereka kuliah dulu di teknik sipil misalnya. Tapi apa daya, korupsi sudah membuat mereka terpaksa juga akrobat dengan material, tenaga kerja dan alat kerja..Yang harusnya timbunan 3 meter, mereka bikin aja cuma 1 meter..ngirit bahan. Lalu harusnya jalan ini dilindas mesin giling 20 kali biar padat, gilasnya 2 kali aja..biar sewa mesin gilingnya gak terlalu lama. alhasil, jalan nya belum cukup padat sudah dilapis aspal. Mereka tahu pasti ini konsekuensinya kayak apa…Jalan sudah mulus, rata dan awet. tapi apa daya ..mereka bagian dari lingkungan yang korup juga.

Kalau praktek ini sudah berpuluh tahun terjadi..kebayang juga kenapa negara kita ini infrastrukturnya masih banyak yang perlu dibangun. karena jatah pembangunannya sudah dipotong 44%nya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: